Aiyub0506@gmail.com
Rabu, 06 Desember 2017
Senin, 13 Maret 2017
Tani mulai baru
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas,
yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu
pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya
tanaman dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman
berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki
tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Tanaman memerlukan makanan yang
sering disebut hara tanaman (plant nutrient) untuk memenuhi siklus hudupnya.
Apabila suatu tanaman kekurangan suatu unsur hara, maka akan menampakkan gejala
pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
Unsur hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam
tanah. Oleh karena itu perlu penambahan dari luar biasanya dalam
bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah atau tanaman
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk
memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Kesuburan tanah ditentukan oleh
keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi
kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Keadaan
kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan
organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadappertumbuhan
tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi aktivitas mikrobia
perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.
Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui
pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan
analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro primer (N, P
dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan tanaman. Sedangkan
analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N, P dan K)
dalam tanah. Pembuatan
makalah ini dimaksudkan untuk membahas beberapa hal terkait dengan kesuburan
tanah, sehingga pemakalah mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar kesuburan
tanah, indikator kesuburan tanah, evaluasi kebutuhan pupuk dan perbaikan
kesuburan tanah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kesuburan tanah?
2. Apa saja indikator kesuburan tanah?
3. Bagaimana peran unsur hara tanah terhadap kesuburan tanah ?
4. Bagaimana peranan cacing sebagai penyubur tanah?
5. Bagaimana cara mengetahui kesuburan tanah ?
6. Bagaimana cara memperbaiki kesuburan tanah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kesuburan tanah
2. Mengetahui indikator kesuburan tanah
3. Mengetahui peran unsur hara tanah terhadap kesuburan tanah
4. Mengetahui peranan cacing sebagai penyubur tanah
5. Mengetahui cara evaluasi kesuburan tanah
6. Mengetahui cara memperbaiki kesuburan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR KESUBURAN TANAH
1. Pengertian Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah Suatu
keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup
seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu
menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang
ada (Foth and Ellis ; 1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan
tanah untuk menyediakan unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang
subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat
dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas
jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi
tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk
pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
Tanah
memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah
yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme,
atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah,
sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Kesuburan
tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi
sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi
habitat akar-akar aktif tanaman.Ada akar yang berfungsi menyerap air dan
larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan
habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang
bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain
tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan,
yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan
mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi
hanya dapat ditaksir (assessed).
Penaksirannya
dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi
tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance)
tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya.Kesuburan
tanah dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang
teramati (bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang pertama dapat diketahui
sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua
hanya dapat diungkapkan tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang
dihadapinya.
Kesuburan
tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman
yang dipanen.Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau
produktivitas.Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang
diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya
hektar) dan per satuan waktu.Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu
untuk perhitungan hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat
akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
Hasil panen
besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah tinggi,
karena ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali menghasilkan hasilpanen
besar. Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun pada musim
baik, menandakan kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang lain
tanah tidak dapat ditanami. Hal ini antara lain karena kekahatan
(deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya karena mengalami tumpat
air(waterlogged), kadar garam larut air meningkat liwat batas, tanah menjadi
sulit diolah untuk memperoleh struktur yang baik (luar biasa liat atau
keras sekali) dan
sebagainya.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia
dan biologi tanah sebagai berikut :
a. Kesuburan Fisika
Sifat
fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah,
drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan
tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan
waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini
disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat
per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat
mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia
banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas
secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat.
Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur
halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit
bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan
mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga
perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme
tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010)
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara
melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di
laboratorium dengan menguunakan metode-metode. Metode tersebut adalah metode
pipet atau metode hidrometer (Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah.
Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan
bahan organik. Semakin gelap warna tanah semakin tinggi kandungan bahan
organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah
lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di
daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya
abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran
partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran
partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu;
Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat,
berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah
jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan
drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil,
sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat
kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses
pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah
bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat.
Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang
tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya
juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus
karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
b. Kesuburan Kimia
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan
pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan
jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat
membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah,
reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan
kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH
(potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan
jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah
disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan
tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah
ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut
bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena
berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur
tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang
diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di
wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa
dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa
habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant yang
menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi
untuk daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak
mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH
tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH
tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut
dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang
bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium
yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap
oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga
ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu
besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik
dapat berkembang dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah
diluar batas optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap
tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk
diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat
ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu
tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara
umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun
kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
c. Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi
bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme
penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman
(simbiosa) dan polusi tanah.
Tanah
dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan keragaman biologi yang tinggi. Berikut merupakan tabel
jumlah maksimum biomassa dari organisme tanah pada tanah subur yang berada pada
padang rumput :
Kind of organism
|
Abundance
(no/m2)
|
Biomass
(g/m2)
|
Bacteria
|
3 x 1014
|
300
|
Fungi
|
400
|
|
Protozoa
|
5 x 108
|
38
|
Nematodes
|
107
|
12
|
Earthworms and related forms
|
105
|
132
|
Mites
|
2 x 105
|
3
|
Springtails
|
5 x 104
|
5
|
Other invertebrates (snails,
millipedes, etc)
|
2 x 103
|
36
|
From: B.N. Richards
(1974) Introduction to the Soil Ecosystem
Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam
kesuburan tanah karena :
a. berperan dalam siklus energi
b. berperan dalam siklus hara
c. berperan dalam pembentukan
agregat tanah
d. menentukan kesehatan tanah
(suppressive / conducive terhadap munculnya penyakit terutama penyakit tular
tanah-soil borne pathogen)
2. Unsur Hara Tanah
1. Unsur Hara Sekunder
1) Kalsium
Kalsium adalah molekul bermuatan dominan positif pada
hampir semua tanah kecuali tanah-tanah yang pH-nya sangat rendah. Pada tanah
dengan pH diatas 4,8 kalsium biasanya ada dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Pada tanah asam kalsium cenderung tercuci dan kalsium asli biasanya rendah.
Dalam keadaan seperti ini tanah harus dikoreksi dengan cara menambahnya dengan
kapur.
2) Magnesium
Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca
yang mengalami defisiensi pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut
dan dapat hilang karena tercuci. Bila tanah asam dikapur dengan material yang
mengandung sedikit Mg dapat mengakibatkan defisiensi pada unsur ini. Bila
pengapuran pada tanah yang sangat asam yang pH-nya di bawah 5,2 maka penggunaan
kapur yang mengandung Mg sangat tepat.
Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap
tanaman. Tanaman yang tumbuh dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin
merangsang defisiensi Mg bila Mg tanah rendah.
3) Sulfur
Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul
sulfat bermuatan negatif (SO42-). Berhubung ini adalah
molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat mungkin mudah tercuci dari tanah.
Sebagian besar S namun demikian tidak tersedia dalam bentuk anion tetapi
terikat kuat dalam bentuk bahan organik. Ketersediaan sulfur dikendalikan
secara luas dalam jumlah dan laju dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan
tanah persediaan S yang cukup bagi pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses
dekomposisi dan hujan yang jatuh. Di tanah dengan suplai sulfur sedikit,
defisiensi S mungkin bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran biasanya memerlukan
S dalam jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman tanah sering
sebagai sumber pupuk.
2. Unsur Hara Mikro
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu
mempunyai kesamaan. Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh
karena itu defisiensi unsur-unsur ini umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan
ketika tumbuhan memperlihatkan defisiensi unsur-unsur ini mereka biasanya ada
dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Namun demikian mereka tidak tersedia bagi
pertumbuhan karena kondisi yang tidak cocok, umumnya pH tinggi. Penambahan
pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi, karena penambahan unsur hara akan
dengan cepat menjadi tidak tersedia karena kondisi tanah. Ada dua cara untuk
memecahkan masalah tersebut. Pertama adalah dengan pengasaman apabila terlalu
alkalin. Cara yang lain adalah dengan menambah unsur hara dalam bentuk chelated,
yaitu suatu bentuk unsur hara yang dilengkapi bahan yang meningkatkan kelarutan
unsur hara dengan mengurangi derajat fiksasi oleh tanah mineral dan bahan
organik. Di samping itu semua unsur mikro dapat diberikan lewat daun. Cara ini
efektif untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi tidak menyelesaikan
masalah tanahnya.
Unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada
kandungan air tanah. Di bawah kondisi air tergenang Mn menjadi sangat terlarut
dan dapat bersifat racun. Biasanya ini terjadi pada pH di bawah 5. Zn
keberadaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah. Defisiensi Zn
biasanya terjadi pada pH moderate hingga tinggi dan lebih jelas bila kadar P
tinggi. Defisiensi Zn terjadi pada pH 6-7 terutama bila pemupukan P berlebihan
dan pada pemupukan bahan organik yang cukup intensif. Besi menjadi berkurang
bagi tanaman bila pH-nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak
tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi pH dapat dengan menambah unsur S atau
agen penambah asam yang lain.
Kelarutan Copper (Cu) menurun bila pH meningkat. Oleh
karena itu defisiensi Cu bisa terjadi pada kadar pH diatas 7,5. Sebaliknya, Mn,
Zn, Fe dan Cu terikat kuat pada bahan organik. Karena kandungan bahan organik
meningkat ketersediaan Cu menurun. Dalam tanah yang jumlah bahan organiknya
tinggi, Cu bisa menjadi defisien bila pH tanah di bawah 5.
Tumbuhan tinggi menghendaki Mo dalam jumlah sangat
kecil. Unsur ini dalam tanah bila pH tinggi dan menjadi defisien pada tanah
berpasir asam. Defisiensi unsur ini sangat berbeda dibanding unsur hara mikro
yang lain. Secara umum unsur Mo tanah adalah anion yang dapat dengan mudah
tercuci dara tanah pasir. Mo sangat larut kadang-kadang terjadi pada tanah
dengan pH moderat dan tekstur tanah halus, karena dalam batuan induknya kandungan
Mo sangat rendah. Mo sangat esensial bagi fiksasi N oleh tanaman legumenosaedan
tanaman ini sangat sensitif pada defisiensi Mo.
Boron (Bo) ada dalam tanah sebagai molekul tak
bermuatan yang terikat secara lemah pada berbagai bahan organik dan mineral dan
mudah tercuci di tanah berpasir. Ketersediaan Bo dipengaruhi oleh pH
tanah. Bila pH di atas 6,5 Bo tidak tersedia bagi tanaman.
Tanah pertanian jarang mengalami defisiensi Chlor
(Cl). Kenyataanynya Cl sering menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan. Terutama
pada tanah alkalin dibanding pada tanah yang mengalami defisiensi. Fungsi Cl
belum banyak diketahui, tetapi diduga berperan dalam kekeringan dan kebasahan
tanaman. Defisiensi Cl bisa menyebabkan kepekaan tanaman terhadap penyakit.
3. Siklus Unsur Hara Tanah
Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu
bentuk simpanan saja, proses-proses alami secara periodik mengubahnya
dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ini adalah proses transformasi
biogeokimia berkesinambungan yang kita kenal dengan siklus unsur hara tanah.
Unsur hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan batuan asli
dan mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk bimassa terdapat
dalam jaringan makhluk hidup tumbuhan atau organisme tanah dan bentuk organik dalam
jaringan mati yang berada dalam berbagai tahap pelapukan termasuk humsu tanah.
Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur
hara sebagai ion-ion organik sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan
dan mineral dan bahan oeganik tanah. Tumbuhan pada khususnya hanya dapat
mengambil unsur hara dalam bentuk ion-ion anorganik sederhana.
Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam
bentuk bahan organik tanah dan beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba
oleh adanya sel yang rusak. Seluruh material itu segera memulai pelapukan.
Sebagian bentuk yang tahan membentuk humus tanah yang melapuknya sangat lambat.
4. Faktor yang Mempengaruhi Unsur Hara Tanah
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh jumlah relatif oleh
berbagai ukuran partikel yang menyusun tanah. Partikel tanah dibagi dalam tiga
kategori yaitu partikel yang paling halus kemudian debu dan pasir. Proporsi
pasir, debu dan liat menentukan tekstur. Tekstur tanah mempunyai efek terhadap
sifat fisik dan kimia tanah. Secara umum partikel halus memiliki luas permukaan
lebih besar dibanding tekstur kasar. Permukaan partikel tanah adalah aktif
secara kimiawi. Tanah dengan tekstur halus memiliki aktivitas kimiawi lebih
baik dibanding tanah dengan tekstur kasar, dan dapat mengikat lebih banyak hara
serta lebih banyak mengikat nutrien yang menjadikannya tidak tersedia bagi
tanaman.
b. Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan
mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas
dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan
aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme
yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam
dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,
nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan
dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). Mikro
flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan
organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik
memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positip yang lain dari
penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat
senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di
dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson,
1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk
kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia
dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul
rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat)
hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat
seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap
pertumbuhan tanaman.
Sejumlah unsur hara seperti N, P, S, Mo, Cu, Zn, dan B
mungkin terkandung dalam bahan organik tanah. Sebagai akibatnya,
ketersediaannya tergantung pada proses dekomposisi bahan organik.
c. pH Tanah
pH tanah menerangkan keasaman dan kebasaan dalam sistem
cair. Air terdiri dari muatan molekul atau ion hidrogen (H+ )
dan hidroksida (OH-). Dalam air selalu ada ion-ion yang tidak
dikombinasi dalam molekul air. Jumlah air murni, jumlah H+ dan
OH- sama yang memiliki pH 7 (netral). Bila suatu sistem
memiliki kelebihan ion H+ dinamakan asam. Bila
kelebihannya ion OH-maka sistem tersebut dinamakan alkalin. pH yang
ukurannya sederhana dari ion H+ dalam sistem tetapi
dipresentasikan sebagai negatif logaritma konsentrasi H+.
Keasaman tanah penting karena menentukan kelarutan
mineral tanah dan mempengaruhi berbagai proses mikroorganisme seperti
dekomposisi bahan organik dan fiksasi nitrogen. Beberapa mineral tanah
mengandung unsur hara, dan hara ini mungkin tersedia bagi pertumbuhan tanaman
bila pH-nya dalam range yang sesuai.
B. INDIKATOR KESUBURAN TANAH
1. Kapasitas
Absorbsi
Kapasitas
Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah untuk
mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel
kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung
mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk
kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan
kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh
unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah
normal (berkisar 6,5).
2. Tingkat
Kejenuhan Basa
nilainya
dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai
persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah
pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal
secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh
nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas
kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.
3. Kandungan
Liat
Kandungan
liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran
ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga
mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar
yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk
air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah.Namun
jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal
untuk budidaya maupun pengolahan tanah.Kandungan liat yang tinggi menyebabkan
perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah
sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.
4. Kandungan
Bahan Organik
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah
dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu
ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan
bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang
rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar
lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan
energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang
bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan
yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik
dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak
yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik
kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat,
tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan
tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh,
sehingga mudah diolah.
Kandungan BO
merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan
tanah.Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat
fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu
berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai
ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan
dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari
bahan organik).
Bahan
organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah
yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh
adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik
sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air
yang menyebabkan kebusukan akar.
Demikian
pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir),
maka fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh
adanya bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan
tanah dalam menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional
(baik). Hal ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada
perakaran.
Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah
dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu
ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan
bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang
rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar
lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak
mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah
yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan
keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan
bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi
retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan
organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak
lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering,
dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit
teguh, sehingga mudah diolah.
Bahan
organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi
yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik.
Proses dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah
dan juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan
bersifat kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah yang
berkaitan juga dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya
luas permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai kemampuan
menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen,
maupun pencucian hara-hara kation lain. Pada saatnya berarti pula meningkatkan
kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui
proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
Bahan
organik juga mampu mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang dakibatkan
oleh kation-kation mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/ tembaga), B (Boron),
dan lain-lain; dengan membentuk ikatan khellat.Ikatan khellat ini bersifat
preventif (dari efek meracuni) dan konservatif, karena sewaktu-waktu
katio-kation logam yang terjerap dalam ikatan khelat juga masih bisa
dimanfaatkan oleh tanaman. Bahkan ada yang mengatakan bahwa terjadinya ikatan
khelat ini justru meningkatkan mobilitas banyak kation, karena ikatan ni memang
bisa larut sehingga memudahkan tanaman untuk memanfaatkannya.
Bahan
organik bisa merubah sifat biologi tanah dengan meningkatkan populasi mikroba
di dalam tanah. Populasi mikroba yang meningkat (baik jenis dan jumlahnya)
menyebabkan dinamika tanah akansemakin baik dan menjadi sehat alami.
Peningkatan mikroba (khususnya fungi bermiselia seperti micorhiza, dll) akan
meningkatkan kemantapan agregasi partikel-partikel penyusun tanah. Mikroba dan
miselianya, yang berupa benang-benang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue
antar partikel tanah. Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih
baik karena ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan)
tanah.Kemampuan merubah sifat biologi tanah ke arah positif sehingga
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga tanaman
tumbuh sehat tanpa perlu campur tangan pupuk buatan dan pestisida.
Bahan
organik juga berperan sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan menghasilkan
proses akhir menjadi humus. Humus disebut juga sebagai asam humat (humic acid)
yang merupakan bahan kolloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna
kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi dan
bervariatif.Asam humat banyak dikaitkan dengan perkecambahan bji di dalam
tanah, pertumbuhan bagian atas tanaman, pemanjangan semaian muda atau
pemanjangan akar dari akar terpotong secara in vitro, karena asam humat
menunjukkan pengaruh hormonal dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam
perbaikan tanah secara fisik, melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi,
permeabilitas serta kapasitas memegang air, sehingga tanaman akan tumbuh secara
normal dan sehat.
Bahan
organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifat-sifat kolloid,
dan hanya satu-satunya yang mempunyai kemampuan mendinamisasi untuk
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Tanah-tanah marjinal
(baik tanah mineral maupun yang dominan liatnya) akan dapat diperbaiki sifat
pejal maupun porositasnya pada tingkat yang optimal. Demikian juga permeabilitas,
aerasi, perkolasi maupun agregasi, dengan peran dinamisasi dari BO, keadaan
tanah menjadi gembur dan subur.Hal ini berkaitan dengan menegemen air dan udara
dalam tanah, bermanfaat bagi kelangsungan perkembangan perakaran tanaman dan
hara tanaman di dalam tanah. Dengan berkembangnya perakaran tanaman akan
mempengaruhi bagian atas tanaman di atas permukaan tanah.
C. EVALUASI KEBUTUHAN PUPUK
1. Gejala Kekurangan Hara
Pertumbuhan yang abnormal yang ditunjukkan
oleh tanaman , kemungkinan disebabkan kekurangan hara ataupun berberapa faktor
yang menunjang pertumbuhan tanaman. Kelainan pertumbuhan dapat disebabkan
kekurangan maupun kelebihan dari satu atau beberapa unsur hara yang terdapat di
dalam tanah. Gejala- gejala yang tampak itu dapat diaamti secara visual, dan
tidak memerlukan suatu alat khusus dan dapat dilakukan dengan cepat. Gejala-
gejala yang dapat terlihat adalah berupa:
1) Terhambatnya
pertumbuhan tanaman
2) Kelainan
pada warna yang biasanya nampak pada daun.
3) Nekrosis atau
matinya jaringan.
4) Bentuk yang
abnormal dari bagian- bagian tanaman.
Banyak kesukaran-kesukaran yang timbul dalam
mengidentifikasikan status hara tanah bila hanya dari gejala kekurangn hara.
Setiap simpton yang timbul ada hubungannya dengan fungsi dari setiap unsur yang
berbeda, karena unsur- unsur tersebut mempunyai fungsi yang sama dalam tanaman.
Ataupun gejala yang tampak merupakan resultante yang timbul kemudian. Misalnya
gejal- gejala kekurangan nitrogen yang ghampir sama dengan gejala kekurangn
magnesium, karena kedua unsur tersebut sama- sama mempunyai fungsi dalam
pembentukan chlorofil pada daun tanaman. Dan gejala- gejal tersebut dapat
dilihat apabila tanaman tersebut sudah benar- benar menderita.
2. Evaluasi Kesuburan Tanah (Kebutuhan Pupuk)
Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara
visual, analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa
serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara
makro primer (N, P dan K) dalam tanah.
Kandungan
unsur hara di dalam tanah sebagai gambaran status kesuburan tanah dapat dinilai
dengan beberapa metode pendekatan yaitu : (1) Analisa contoh tanah, (2)
Mengamati gejala-gejala (symptom) pertumbuhan tanaman, (3) Analisa contoh
tanaman, (4) Percobaan pot di rumah kaca, dan (5) Percobaan lapangan.
a. Analisis Contoh Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang
diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan.
Analisa tanah dilabo-ratorium dilakukan terhadap variabel-variabel kimia
dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, Mo, dll), bahan
organik, tekstur tanah dan sebagainya. Kadar unsur hara tanah yang
diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan
dengan kebutuhan unsur hara bagi masing-masing jenis tanaman,
maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur hara dalam tanah tersebutsangat
rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi, sesuai
kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah
bahwa metode analisa tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk
unsur hara yang tersedia saja, secara tepat. Jadi sifatnya selektif
artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
(2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah
dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis
harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang
dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk
kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan
mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
b. Mengamati Symptom Pertumbuhan Tanaman
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat
memperlihatkan gejala-gejala pertumbuhan tertentu pada tanaman. Misalnya
kekurangan unsur hara besi (Fe) akan menyebabkan chlorosis;
kekurangan hara nitrogen (N) menyebabkan tanaman kerdil, dan sebagainya.
c. Analisa Contoh Tanaman
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat juga
diketahui dari analisis jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan pada
prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil
interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari
dalam tanah. Analisis tanaman umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian tertentu
saja ataupun seluruh bagian tanaman. Interpretasi keadaan kesuburan tanah akan
lebih baik apabila kedua cara ini (analisis tanah dan tanaman)
digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum dipakai untuk tanaman
umur panjang dibandingkan tanaman semusim.
Analisa tanaman didasarkan pada asumsi bahwa jumlah
unsur hara yang terdapat di dalam tanaman mempunyai hubungan dengan hara
tanaman yang terdapat dalam tanah. Dari hasil analisa tanman akan didapatkan
suatu kadar dari unsur-unsur tertentu dalam tanaman. Kadar tersebut kemungkinan
akan berada pada suatu titik yang kritis, dimana telah diperlukan tambahan
unsur tersebut melalui pupuk. Tetapi timbul pula kesukaran lain yaitu adanya
sesuatu unsur dalam tanaman yang dapat menyebarkan unsur yang lain menjadi
kritis. Misalnya unsur boron menjadi kritis dalam tanaman bila terdapat banyak
unsur kalium. Dengan demikian analisa tanaman akan berkurang nilainya ataupun
kurang meyakinkan tentang status hara yang terdapat di dalam tanah.
Selanjutnya untuk setiap jenis tanaman berbeda pula
bagian yang diambil untuk keperluan analisa serta berbeda juga untuk waktu
pengambilan contoh keperluan analisa. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk
keperluan analisa tanaman yang diambil adalah contoh daun pada masa pembungaan
ataupun pada masa permulaan pembuahan.
Tetapi walaupun demikian analisa tanaman terutama
analisa daun banyak membantu dalam rekomendasi pemupukan untuk tanaman
pepohonan yang berakar dalam. Akar dari tanaman ini akan menyebar ke seluruh
bagian lapisan olah. Selanjutnya akar tanaman mengabsorbsi hara-hara yang
terdapat pada bagian yang lebih dalam dari tanah dan hara tersebut akan
didistribusikan ke seluruh bagian tanaman juga daun. Dengan demikian analisa
daun turut membantu analisa tanah dalam program pemupukan.
d. Percobaan Pot di Rumah Kaca
Percobaan pot di rumah kaca dengan menggunakan tanaman
sebagai indikator (Biological test) dapat pula memberi
gambaran mengenai status unsur hara di dalam tanah.
Pendekatan yang dilakukan disini adalah : contoh-contoh tanah diambil dari
daerah yang akan diteliti kemudian dengan berat tertentu dimasukkan kedalam pot
dan ditanamai dengan tanaman tertentu pula. Selanjutnya setiap pot
diberikan perlakuan pupuk menurut jenis dan jumlah unsur hara yang
diteliti (sebagian tanpa pupuk/kontrol). Dari pertumbuhan atau
produksi tanaman yang diperoleh dapat dideteksi kekurangan dan kebutuhan
akan unsur hara dari tanah dan tanaman tersebut.
e. Percobaan Mikrobiologi
Percobaan ini dimulai dari penelitian dan pengamatan
yang dilakukan oleh Winogradsky. Ia telah membuktikan bahwa ada beberapa jenis
mikroorganisme yang mempunyai kelakuan hampir sama dengan tumbuhan tingkat
tinggi. Selanjutnya mikroorganisme tersebut sensitif terhadap kekurangan
sesuatu unsur hara tertentu pada media tempat ia hidup. Misalnya pertumbuhan
dan perkembangan dari Azotobacter akan terhambat dan terganggu bila di dalam
tanah terdapat kekurangan unsur-unsur hara tertentu terutama unsur kalsium,
fosfor dan kalium. Perlu ditambahkan bahwa setiap mikroorganisme akan sensitif
terhadap unsur hara tertentu saja sesuai dengan kebutuhannya. Jika dibandingkan
dengan percobaan lain maka metode ini jauh lebih sederhana, relatif cepat dan
hanya memerlukan sedikit tempat / ruangan dan biayanya relatif murah.
f. Percobaan Lapangan
Percobaan pertumbuhan dan produksi tanaman (biological
test) di lapangan dengan menggunakan berbagai jenis dan jumlah
pupuk tertentu dapat diketahui kekurangan unsur hara yang perlu
ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara tanaman dalam mencapai tingkat produksi tertentu
g. Analisa Tanah
Analisis tanah dilakukan terhadap contoh tanah yang
diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang
diharapkan. Analisa tanah dilaboratorium dilakukan terhadap
variabel-variabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation,
Nitrogen, kalium, fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu,
Zn, B, Mo, dan lian-lain), bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data
analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara bagi
masing-masing jenis tanaman, maka dapat diketahui apakah status/kadar unsur
hara dalam tanah tersebut sangat rendah (kurang), rendah, sedang, cukup ataukah tinggi,sesuai
kriteria tertentu.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam uji tanah ialah
bahwa metode analisa tanah tersebut (1) harus dapat mengekstraksi bentuk
unsur hara yang tersedia saja, secara tepat. Jadi sifatnya selektif
artinya tidak mengekstraksi bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
(2) metode analisa yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah
dilaksanakan dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis
harus dapat direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang
dibuat harus didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk
kimia dari unsur hara di dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan
mekaniusme pelarutan bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan
dengan serapan hara oleh tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi)
dan percobaan lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan
untuk mendapatkan metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman tertentu.
Sedangkan uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang
kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons tanaman di lapangan
terhadap unsur tersebut. Dengan demikian memberikan nilai agronomik bagi
angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka angka-angka uji tanah
tidak berarti sama sekali.
Dalam studi korelasi yang perlu diperhatikan ialah :
(1) Bekerja dengan contoh-contoh tanah yang
memiliki selang kadar unsur hara yang diteliti tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah sebaiknya diambil dari
daerah yang diketahui respons tanamannya, yaitu dari yang sangat respons
terhadap unsur tersebut sampai yang tidak respons. Apabila hal ini sulit
dilakukan, maka dapat ditempuh dengan cara : mengkorelasikan hasil uji tanah
dengan serapan hara ataupun dengan A-value yaitu suatu teknik
radioisotop dari Fried dan Dean (1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah
bahwa pengujian harus dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan
tiap tipe iklim, dengan teknik bercocok tanam yang sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1)
menentukan jumlah hara yang tersedia bagi tanaman, (2) memberi peringatan
kepada petani tentang bahaya-bahaya yang mungkin akan terjadi pada
pertanamannya, baik bahaya defisiensi ataupun keracunan, (3) menjadi dasar
penetapan dosis pupuk, dan (4) memberikan perkiraan produksi akibat pemakaian
dosis pupuk tersebut sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi ekonomi, (5)
membantu pemerintah dalam menyusun kebijaksanaan antara lain dalam hal
pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan wilayah, dan infrastruktur.
D. PERBAIKAN KESUBURAN TANAH
Winarso
(2005) menjelaskan bahwa pengukuran kualitas tanah merupakan dasar untuk
penilaian keberlanjutan pengelolaan tanah yang dapat diandalkan untuk masa-masa
yang akan datang, karena dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pengaruh
pengelolaan lahan. Pada umumnya proses degradasi tanah dalam sistem pertanian
dapat disebabkan oleh erosi, pemadatan, penurunan ketersediaan hara atau
penurunan kesuburan, kehilangan bahan organik tanah dan lain lain.
Urgensi peningkatan kesuburan tanah :
1. Perkembangan produksi dan
konsumsi kayu.
2. Kendala status kesuburan tanah
3. Pertimbangan ekonomis
4. Pendayagunaan tanah bagi usaha
tani
5. Pengikisan sub-soil
6. Pencemaran lingkungan
7. Bencana Alam
Aryantha
(2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu yang
berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture
(LEIA) dan Low Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian
modren yang tergantung dengan bahan kimia adalah High External Input
Agriculture (HEIA)
LEIA adalah
sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat intensif dengan sedikit
atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar sehingga tidak terjadi
kerusakan sumberdaya alam. Pendauran hara di dalam usahatani dengan
sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani.Kegiatan ini berguna untuk
menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha tani. Bahan-bahan yang digunakan:
sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran hara di dalam usaha tani dengan
sumber-sumber yang berasal dari usaha tani itu sendiri.Pendauran ini dapat
dilewatkan dengan ternak atau pengembalian sisa-sisa biomassa hasil panen. Cara
ini tidak menambahkan hara kepada tanah, tetapi hanya mengembalikan hara yang
tidak terangkut ke luar bersama dengan hasil panen .Pendauran hara di dalam
petak pertanaman.Kegiatan ini biasanya melibatkan tanaman legum (cover crop)
untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan N pada tanaman pokok.
HEIA adalah
sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar (secara berlebihan).
Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional yang memang disengaja dibuat
untuk input produksi. Sistem ini sangat tergantung senyawa kimia sintetis
(pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh). Dapat berpengaruh buruh pada
keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia
LEISA adalah
Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia (tenaga, pengetahuan dan
keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak secara ekonomis, mantap secara
ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya lokal. Ciri-ciri sitem
ini (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan
berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan
manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar
biasa,(b) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah,
air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi
yang luar biasa.
Prinsip
dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman,
khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator), mengoptimalkan ketersediaan
dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya melalui penambatan Nitrogen,
pendaur ulangan unsur hara dan
pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai
akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam
penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian
terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi .
E. CACING SEBAGAI PENYUBUR TANAH
1. Pendalaman Solum Tanah Subur
Cacing tanah
umum bersarang dan membawa makannnya ke dalam tanah kemudian memakannya bersama
dengan tanah yang bercampur kepadanya. Liang digali dengan cara melumat tanah
ke dalam mulutnya. Melalui aktifitas ini akan terjadi hal-hal berikut:
a. Perpindahan tanah lapisan bawah dan lapisan atas yang
pad Lumbriscus terestris dan A. Nocturna dapat
mencapai hingga kedalaman 150-240 cm, malahan ada yang 2,7-5 m tergantung pada
tekstur tanahnya, semakin berliat semakin dangkal, dan sebaliknya semakin
berpasir semakin dalam. Umumnya linag ini dibuat secara vertikal dan bercabang
secara intensif di dekat permukaan tanah, dengan diameter lubang antara 3-12
mm. Adanya eprpindahan tanah ini menyebabkan mienral tanah lapisan bawah
yang tadinta tidak terjangkau akar tanaman menjadi terjangkau.
b. Adanya liang-liang ini menyebabkan sistem aerasi dan
drainase tanah menjadi lebih baik sehingga ketersediaan oksigen baik untuk
aktifitas mikrobia aerobik maupun untuk reaksi oksidasi kimiawi tanah membaik,
yang pad aakhirnya akan memperbaiki biologis dan kimiawi tanah. Terowongan yang
dibuat olehLumbriscus terestris dan A. Nocturna dapat
mencapai kedalaman 150-240 cm secara vertikal dan bercabang banyak di dekat
permukaan tanah.Dramida grandis dapat menggali terowongan hingga
kedalaman 2,7-3,7 m sedangkan spesies epigik seperti P. Hupeiensis hanya
membuat sistem terowongan pada kedalaman 7,5-15 cm.
c. Adanya katifitas keluar masuknya liang yang membawa
seresah serta adanya sekresi lendir (mukus) yang menempel di dinding liangnya,
seperti Lumbriscusterestris, A. longa dan A. nocturna serta
kotorannya (bunga tanah) yang keduanya dapat menjadi substrat bagi mikrobia
(terutama fungi) sehingga juga memperbaiki kesuburan biologis tanah. Kemudian
bahan-bahan organik (biotik dan abiotik) ini akan menjadi perekat butiran
tanah yang mendorong granulasi dan agregasi tanah, sehingga tanah lapisan bawah
tidak saja menjadi lebih subur tetapi menjadi lebih gembur. Sebagai hasil
akhirnya solum tanah subur menjadi lebih dalam sehingga perakaran tanaman juga
kan menjadi lebih intensif.
2. Agregasi dan Struktur Tanah
Aktifitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur
tanah meliputi
a. Pencernaan tanah, perombakan bahan organik,
pengadukannya dengan tanah dan produksi kotorannya yang diletakkan di
permukaantau di dalam tanah
b. Penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas
atau sebaliknya
c. Selama proses 1 dan 2 juga terjadi pembenrukan agregat
tanah tahan air, perbaikan status aerasi tanah dan daya tanah memegang air
Perbaikan
struktur tanah tersebut antara lain terlihat:
a. Adanya fakta bahwa kotoran cacing tanah yang
mengandung sejumlah partikel pasir atau kerikil yang lebih sedikit ketimbang
tanah sekitarnya merupakan bukti kemampuan cacing tanah dalam mencerna atau
melumatkan partikel mineral menjadi lebih kecil.
b. Komponen pasir relatif terhadap debu dan liat pada 2
padang rumput yang banyak dihuni cacing tanah meningkat dengan kedalaman tanah.
c. Butiran granit pada tanah bercacing tanah menjadi
lebih kecil daripada tanah tanpa cacing tanah
Agregat adalah bentuk penyatuan butiran mineral tanah
baik akibat gaya fisik, kimiawi maupun biologis sedemikian rupa sehingga tahan
terhadap pembasah keringan, aliran permukaan atau erosi dan pemadatan serta
tetap lepas baik pada kondisi basah maupun kering. Tanah yang beragregat baik
akan beraerasi drainase baik pula sehingga berperan penting dalam menjadikan
tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman dan mikrobia tanah. Kotoran cacing
tanah mengandung agregat yang lebih stabil terhadap pembasahan daripada agregat
tanah di sekitarnya sehingga lebih meningkatkan erodibilitas tanah dan
ketahanan tanah terhadap erosifitas aliran permukaan (run off). Lebih
stabilnya agregat bunga tanah disebabkan oleh:
a. Adanya sekresi internal yang menyemen partikel tanah
pada saat melalui sistem pencernaan cacing tanah
b. Adanya Ca humat yang disintesis dalam sistem
pencernannya dari bahan organik sedang melapuk lewat aktifitas kelenjar
kalsiferus penghasil kalsium.
c. Adanya aktifitas bakteri penghasil bahan-bahan
penyemen.
3. Bunga Tanah dan Ketersediaan Hara
Cacing tanah
merupakan pemakan tanah dan bahan organik segar di pernukaan tanah, masuk ke
liangnya kemudian mengeluarkan kotorannya (bunga tanah) si permukaan tanah.
Aktifitas naik turunnya cacing ini berperan penting dalam pendistribusian dan
penyampuran bahan organik dalam solum tanah yang kemudian berpengaruh positif
terhadap kesuburan tanah baiks ecara fisik, kimiawi maupun biologis. Bentuk
kotoran cacing bervariasi tergantung spesiesnya. Dan peranan bunga dalm
memperbaiki kimiawi tanah dapat dulihat berdasrkan sifat kimiawi
seperti tertera pada tabel berikut ini:
Negara
|
Habitat
|
Bunga tanah (ton/ha)
|
Jerman
|
Kebun
Padang
rumput
Padang
rumput
Hutan
beeckwood
Tanah
lempung
Tanah
pasir
|
91,6
91,4
5-7,5
6,8
5,2
5,8
|
Inggris
|
Padang
rumput tua
Padang
rumput tua
Padang
rumput (per tahun)
|
18,8-40,4
27,7
18,7-40,3 (tebal 5 mm)
|
India
|
Kebun
(lempung berpasir)
Padang
rumput
Bervariasi
|
1,4-5
3,9-77,8
0,47-1276
|
Swiss
|
Kebun
Padang
rumput
Padang
rumput
|
17,8- 81,2
17,8- 81,0
75-100
|
Mesir
|
Delta
sungai nil
|
268,2- 2600
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa kadar N, C, P, Ca,
Mg serta KTK, KB dan pH bunga tanah selalu lebih tinggi daripada tanah lapisan
0,15 dan 20,40 cm di sekitarnya yang menunjukkan pengaruh besarnya cacing
tanah. Lebih tingginya pH bunga tanah daripada pH tanah sekitarnya diperkirakan
ada kaitannya dengan aksi kelenjar kalsiferous (penghasil Ca), sekresi usus dan
amonia dalam sistem pencernaan cacing tanah.
4. Cacing Sebagai Bioamelioran Tanah
Pemanfaatan cacing tanah sebagai bioamelioran (jasad
hayati pembenah) tanah mempunyai prospek yang baik, misalnya dalam pembukaan
areal tergenang yang dikeringkan (polder) untuk areal pertanian seperti di
Belanda. Dalam kegiatan ini digunakan Ascaris caliginosa dan Lumbriscus
terestris dengan kerapatan 800 cacing/tanaman bebuahan dan menyebabkan
perakarannya menjadi lebih intensif. Pada tanah polder ini, cacing berkembang
cukup cepat, selama 3-4 tahun Ascaris caliginosa berkembang
dari 4.664 menjadi 384.740 ekor dan Ascaris chloroticadari 2.558
menjadi 12.666 ekor.
Di Uzbekistan, cacing tanah telah diintroduksi untuk
merangsang proses pembentukan tanah pada areal yang baru dibuka dan berhasil
dengan baik. Dalam proses pembentukan tanah ini tidak semua cacing tanah dapat
berperan baik misalnya Eisenia foetida merupakan spesies
penghasil komos atau pemakan pupuk kandang sehingga tidak mampu bertahan lama
jika diintroduksi ke lapangan. Peran cacing ini yang terlihat dalam waktu
singkat lebih disebabkan oleh dekomposisi cacing yang mati dibanding
aktivitasnya.
Ameliorasi tanah dengan kotora cacing tanah dangat
mempengaruhi struktur kesuburan tanah. Umumnya kotoran cacing tanah ber-pH
lebih tinggi dibanding tanah di sekitarnya, dari 18 lokasi pengamatan terlihat
bahwa selisih pH keduanya adalah antara 0,1-1,0 unit pH tergantung jenis
tanahnya, yang melebar pada pH adak masam-masam dan menyempit pada pH sekitar
netral. Hal ini menunjukkan peran cacing tanah dalam meningkatkan pH tanah agak
masam-masam. Kotoran cacing juga lebih banyak N-total, N-nitrat, bahan organik,
Mg-total, Mg-tertukar, P-tersedia, basa-basa dan kadar air serta beragregat
lebih banyak atau lebih stabil.
Ameliorasi tanah dengan kapur dapat menignkatkan
populasi cacing tanah misalnya dengan takaran 2,5 ton/ha pada tanah di Selandia
Baru menyebabkan kenaikan 50% populasi Ascaris caliginosa. Cacing tanah mampu
memamah 5 ton seresah/ha, apabila 10 ekor Lumbriscus terrestris dimasukkan ke
dalam tanah populasinya meningkat menjadi 60 ekor/m2 dalam
luasan 700 m2, maksimum pada areal sekitar 15 m dari titik inokulasi
dan tetap tinggi hingga area yang cukup jauh dari titik ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan
tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan
tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah
2. Indikator kesuburan tanah meliputi:
a. kapasitas absorbsi
b. tingkat kejenuhan basa
c. kandungan liat
d. kandungan bahan organik
3. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda terhadap kesuburan tanah sesuai dengan kebutuhan tanah terhadap
unsur hara tersebut
4. Peranan cacing sebagai penyubur tanah yaitu dengan cara cacing tanah
bersarang dan membawa makannnya ke dalam tanah kemudian memakannya bersama
dengan tanah yang bercampur kepadanya. Liang digali dengan cara melumat tanah
ke dalam mulutnya.
5. Cara evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara,
yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa
tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara makro
primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan
tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro
primer (N, P dan K) dalam tanah.
6. Cara memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui tiga konsep yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low
External Input Agriculture (LEIA) dan Low Ezternal Input Sustainable
Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia
adalah High External Input Agriculture (HEIA)
B. SARAN
1. Hendaknya manusia mulai menjaga kesuburan alami tanah,
karena aktivitas manusia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesuburan tanah
2. Petani dan pekerja pada bidang budidaya tanaman
hendaknya memahami konsep dari kesuburan tanah dan menerapkannya dalam
pertanian atau budidaya tanaman.
3. Penggunaan pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi,
karena akan mempengaruhi komposisi unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi
racun bagi tumbuhan pada tanah itu sendiri karena hara tanah mulai tidak
seimbang.
Langganan:
Postingan (Atom)